Saat kita duduk di bangku SMP dulu, pasti masih teringat sekali di benak kita, bagaimana ketika guru menerangkan tentang sistem reproduksi makhluk hidup. Tentu yang paling kita ingat adalah sistem reproduksi kita sebagai manusia. Bagaimana dari sana kemudian bisa menghasilkan seorang anak manusia. Subhanallah... ternyata prosesnya cukup rumit. Ya, berjuta-juta sel sperma harus bersaing untuk memperebutkan satu sel telur. Ketika sel telur berhasil dibuahi, yang artinya sudah ada bakal calon manusia, maka dia tak akan hentinya berproses, karena penciptanya sungguh luar biasa, Ia mengaturnya sedemikian rupa, seteliti dan sesempurna mungkin. Mulai dari segumpal darah, berlanjut dengan segumpal daging dan pada usia yang cukup ‘matang’ ditiupkanNya ruh ke dalam jasad tersebut, dimana telah terjadi aqad antara Pencipta dan yang diciptakanNya. Berawal dari situlah sebuah episode kehidupan dimulai. DitetapkanNya 3 hal dalam diri manusia, jodoh, rezeki serta ajalnya. “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuanNya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya bagi Allah yang demikian itu adalah mudah.” (QS. Faathir:11). Bayangkan! 9 bulan 10 hari, proses yang cukup panjang bukan? Coba kita tengok lagi pelajaran SMP yang lain. Afwan, kalau ga salah ingat SMP atau SMA. Teori tentang terjadinya alam semesta. Bagaimana terjadinya alam semesta ini bermula dari sebuah ledakan yang dahsyat atau yang sering kita kenal dengan teori ‘Big Bang’, disanalah kemudian komponen-komponen alam raya terbentuk, mereka tersusun dari unsur-unsur yang sempurna, dan semua itu melalui proses yang tidak sebentar. MasyaAllah...sebenarnya kita sudah bisa tau, cukup dengan menengok ke Al-Qur’an, disana sudah tergambar jelas.
Nah, sekarang coba kita lirik ke kuliah. Afwan ya, kalau menyinggung SARAF (Suku, Agama, Ras, Fakultas)J , gak papa kan berbagi pengalaman n ilmu? ini nih ceritanya pengalaman waktu penelitian kemarin dalam rangka menyusun skripsi. Setelah saya hitung, ternyata total waktu untuk merampungkan skripsi adalah 1,5 tahun alias 17 bulan, 5 bulannya untuk cari judul, 2 bulan untuk nyusun proposal, 6 bulan untuk penelitian dan sisanya 4 bulan untuk closing (hasil dan pembahasan). Cukup lama bukan? Ya, bagi saya bukan hanya lamanya tapi bosan juga! Setiap hari harus menengok ‘anak-anak’, memberi ‘minum’ dan ‘makan’, dan harus siap dengan berbagai macam obat untuk menyerang virus-virus agar ‘anak-anak’ tetap sehat dan kuat. Tapi, ada hal berharga dan cukup menakjubkan bagi saya adalah ketika awal melakukan persemaian (menanam biji), beberapa minggu setelah semai ternyata satu bak semaian, hampir 50 %, mengalami layu yang cukup parah. Pasalnya, sudah menyerang sampai ke batang, padahal sudah diwanti-wanti sama dosen, bahwa benihnya harus dipelihara sebaik mungkin, karena kalau mati tidak ada gantinya, atau bisa dikatakan saya terancam ganti judul. Naudzubillah...ceritanya, setelah panik dengan kondisi yang sedemikian parah, waktu itu tanaman-tanaman tersebut berada di kontrakan, akhirnya saya putuskan untuk membawa ke balai tempat penelitian berlangsung, karena berharap disana ada penghidupan yang lebih layak. Setelah berkonsultasi dengan salah seorang pegawai disana, beliau mengatakan bahwa kemungkinannya sangat kecil untuk sembuh bagi tanaman yang sudah terserang jamur tadi. Deg...saat itu yang hanya terpikirkan adalah bagaimana agar tanaman-tanaman ini masih bertahan dan syukur-syukur bisa pulih dari kondisi yang cukup kritis. Jika ada sesuatu yang patah, misalnya tulang, maka biasanya cara yang efektif untuk menyambungnya adalah menggunakan gibs, yang sekaligus berfungsi sebagai penyangga, tanpa pikir panjang, dengan bermodalkan logika, akhirnya saya tambahkan tanah untuk menyangganya, padahal secara teori hal itu juga sangat kecil kemungkinannya, karena jamur sudah menyerang bagian dalam tanaman. Wallahu’alam...setelah itu saya taruh di “Glass house”, agar meminimalisir serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang lain, setiap dua hari saya siram, sambil terus berdoa, berharap bahwa ‘pemilik’nya masih menghendaki untuk hidup. 4 hari kemudian saya melihat perubahan yang menakjubkan pada semaian tersebut, ternyata tanaman-tanaman yang kondisinya sempat mengenaskan, sekarang memperlihatkan progress yang cukup baik. Ada pertambahan tinggi, dan helai daunnya terlihat segar. Subhanallah...ketika ditanya oleh Pak Shobirin, pegawai yang pernah saya jadikan tempat konsultasi dulu, beliau mengatakan “Oh...ternyata dia bisa mengobati lukanya sendiri”. Nah, itu cerita dulu ketika pra menanam, selanjutnya ada banyak hal lain yang membuat saya takjub. Ketika menikmati proses munculnya daun, kemudian bunga dan terakhir buah, setelah melewati proses panjang dengan menyiram, memupuk , menyiangi, dan mengendalikan hama. Ada sesuatu yang membuat saya tertegun, tak menyangka dari dua buah cabai, dengan total bijinya yang berjumlah 211an, bisa menghasilkan tanaman hidup sekitar 180, dimana masing-masing tanaman tersebut menghasilkan buah sampai 30an. Coba bayangkan, kalau kita analogikan dengan manusia, dari dua orang, kemudian masing-masing mampu mengajak 10 orang dan 10 orang yang diajak tersebut masing-masing mampu mengajak lagi yang lain, dan begitu seterusnya, tapi jelas tak semudah yang dibayangkan, karena seperti tanaman tadipun butuh proses yang cukup panjang dengan godaan yang bermacam-macam pula. Tapi...itulah proses, setelah melewati jalan yang cukup rumit, akhirnya saya bisa menikmati hasilnya.
Ikhwahfillah...berbicara tentang proses, ada satu hal yang cukup berarti untuk kita renungkan, apakah itu ? ya, dialah kata yang singkat namun aplikasinya sangat berat...SABAR. Betapa dialah faktor yang sangat berperan dalam rangka menikmati proses tadi. Dia berada pada pertengahan antara tidak isti’jal namun tidak pula berleha-leha. Pengalaman di Da’wah Pelopor benar-benar mengajarkan kepada kita tentang betapa nikmatnya berproses. Artinya, memang kita harus menikmati, karena sebenarnya perjalanan ini menyenangkan. Hanya saja, kita butuh untuk sedikit atau bahkan banyak bersabar. Tapi, ternyata sabar itu bukan dengan diam menunggu hasil, namun bergerak dan terus bergerak sedangkan hasil bisa datang kapan saja. Meskipun setelah kita “pergi” atau tidak berada di amanah da’wah itu, paling tidak kita sudah turut membangun tangga-tangga menuju ‘puncak’nya, syukur-syukur kalau kita bisa juga turut mengantarkan sampai pada ‘puncak’nya. Teladan yang paling tepat untuk menggambarkan tentang da’wah pelopor ini, tidak lain dan tidak bukan, beliaulah baginda Rasulullah saw. Selama 23 tahun mengarungi samudra da’wah, beliau tidak pernah “memaksa” Allah untuk menampakkan jerih payahnya. Peristiwa di thoif, bisa mengingatkan kita bahwa da’wah Rasulullahpun tidak mulus. Sekali jadi. Tanpa rintangan. Padahal, kalau Rasulullah mau, beliau bisa saja memohon kepada Allah, dan niscaya akan dikabulkan. Malah beliau sempat ditawari agar orang-orang Thoif itu ditimpa saja dengan gunung besar yang ada di antara Makkah dan Madinah, tetapi beliau menolak dan malah menerima dengan tetap tegar serta ikhlas, menghadapi cercaan dan lemparan batu.
Ikhwahfillah...itulah da’wah pelopor di jaman Rasulullah. Da’wah pelopor di jaman kita tentu tidak se’parah’ jaman beliau. Di era da’wah sebelum 1998, cukup memberi kita bukti bahwa kepeloporan itu adalah sebuah keniscayaan. Halaqoh-halaqoh tidak semudah sekarang, majelis-majelis ta’lim tidak semenjamur sekarang, bahkan ada beberapa aktifis yang harus rela mendekam di penjara-penjara dunia, karena kecurigaan yang semena-mena. Sungguh....kepeloporan kita sangat jauh dibandingkan kepeloporan mereka. Maka, sudah sepantasnya kita malu, jika kita berhenti, hanya karena merasa tak segera menuai hasilnya. Seharusnya yang menjadi bahan evaluasi adalah sudah sejauh mana kita telah mengupayakan dengan segala kemampuan yang kita punya.
Tanggal 22 Maret 2007, jam 15.48, sebuah pesan masuk ke ponsel saya : “mbk, pean bsa g kpn2 ngajari aq ngaji d kmps. So hny tmen2 HT yg da d kanjuruhan, knapa yg spt mbk g ada. Iya smua g da bdax ttp aq pribadi krg pas ma mbak2 HT”, demikian bunyi sms tersebut tanpa saya ubah redaksinya. Kiriman dari seorang akhwat alumni switer, satu-satunya dari Kanjuruhan. Antum tau apa yang terpikir di benak saya? Ya, Kenapa baru sekarang ? padahal kita dulu sudah sempat bertemu, meski kemudian hanya berlanjut by sms. Setelah dirunut, ternyata dia merasa iri melihat temannya yang ngaji. Temannya itu pernah datang langsung ke sekretariat Alief untuk minta ngaji, setelah mendapat info dari kakaknya. Nah, kemudian ditindaklanjuti oleh salah seorang akhwat Alief yang diamanhkan untuk memegang halaqohnya. Dari situlah si akhwat alumni switer tadi mengetahui dan merasa “iri”, kemudian terjadilah sms diatas. Subhanallah...hanya kata itu yang mampu saya ungkap, betapa Allah punya cara yang terbaik untuk hambaNya dan betapa proses adalah sebuah keniscayaan dalam hidup kita. Mungkin tidak terbayangkan di benak kita sebelumnya, apakah mungkin kita bisa seperti sekarang ini. 4 tahun yang lalu Alief lahir, setelah sebelumnya berganti dari nama KM3, dengan jumlah pengurus yang hanya segelintir orang. Apalagi kader di kampus binaan yang masih nol besar. Ternyata butuh waktu sekian tahun untuk kemudian bisa menjadi sekarang ini, pengurus yang semakin banyak dan terutama lagi adalah kader-kader di kampus binaan. Semua itu tidak lepas dari peran pendahulu sekaligus penerusnya, merekalah para Aktivis Da’wah Pelopor.
Ikhwahfillah...inilah perjalanan da’wah yang memerlukan proses panjang, maka nikmatilah ia, dengan hiburan-hiburan iman yang menghujam. Rangkailah ia dengan ketajaman visi perjuangan. Kokohkan ia dengan spesialisasi dan pembagian tugas. Ikatlah ia dengan ketsiqohan antara qiyadah dan jundi serta rajutlah ia dengan benang-benang kemesraan ukhuwah. Semoga dengan lima pilar ini, semakin mantap kita melangkah dan proses itu....menjadi suatu yang nikmat dan berkah. SELAMAT MENIKMATI PROSES ! (asy_syahadah@eramuslim.com)