Tuesday, November 27, 2007

Cantik VS Ganteng

“ Akhwat ALIEF Militan, Perkasa dan Mandiri?

Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da’wah. bisa dilihat langsung fenomena itu di departemen Alief heem akhwat kebingungan mencari patnernya karena selalu sulit diajak koordinasi ...How can it’s happen???

Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Entah hilang kemanakah para ikhwan....Ikhwan Alief lebih semangat dong...bahkan akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemasnya, ane pernah mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan dengan ikhwan… (tidak cepat tanggap–red),” . ikhwan alief ayo dong....yang mengaku ikhwan!!! antum kemana?? jangan mau dong di bilang seperti itu......”

Begitulah penggalan email yang sempat menjadi bahan perdebatan seru di milis AF beberapa waktu lalu.. Terus terang saya ‘tersentil’ juga dengan tulisan salah seorang akhwat tersebut, terlebih sampai ada salah satu do’anya segala, wuihh sueremm juga..,

Allah SWT berfirman “ Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara...” (QS.Al-Hujurat :10). Mudah-mudahan perdebatan dalam masalah tersebut tidak membuat keretakan ukhuwah di Alief. Aa’ Gym dalam tausiahnya mengatakan bahwa salah satu ciri seseorang yang ikhlas adalah “ jarang kecewa terhadap makhluk” , karena yang diharapkannya hanya keridhoan Alloh SWT. Lalu apa ciri seseorang yang banyak kecewa terhadap makhluk ? yakni dirinya banyak berharap kepada makhluk.

Ikhlas itu adalah pekerjaan hati. Kalau ada pertanyaan , bolehkah amal kita diperlihatkan kepada orang lain? Jawabannya ialah tergantung niat,kalau niatnya ingin dipuji tentu itu menjadi riya. Tetapi dilandasi niat supaya orang lain mengikuti amal kita, Insya Alloh kita akan mendapatkan pahala yang sama tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan. Saya saat itu husnuzon saja terhadap statemen-statemen yang menjustifikasi mengarah ke hal tsb, karena selama ini permasalahan yang muncul & sering diekspos di Alief , ya… itu-itu saja.

Ust.Ja’far pernah memberikan nasihat bahwa jangan pernah kita mengaku sebagai aktifis dakwah kalau tidak paham dengan tabiat subjek dakwah. Dalam hal ini adalah faham tentang etika berinteraksi dengan sesama kader dakwah serta sikap tafahum diantara pelaku dakwah itu sendiri.

Tidaklah mudah mengaplikasikan dua hal tsb, terlebih sikap tafahum diantara saudara2x kita. Hal ini dikarenakan kita masih dalam tahap belajar, belajar untuk mengerti kondisi saudara kita, belajar untuk mengetahui berbagai hal yang melingkupinya. Sehingga ada ungkapan bijak ’cobalah kita memahami kondisi orang lain, tapi jangan minta untuk dipahami’.

Hal ini sangat penting dalam tugas dakwah ini. Bagaimana dakwah ini bisa berjalan mulus, tatkala kita sendiri di kalangan para aktifis dakwah tidak paham dengan kondisi sesama da’inya. Bagaimana memahami permasalahan umat kalo sesama aktifis dakwah masih belum tahu permasalahan saudaranya sendiri.

Sehingga ikhwati fillah apapun yang menimpa saudara kita terkait kinerjanya, tingkah lakunya, tanggung jawabnya dalam amal dakwah ini hendaknya jangan kita nilai dalam timbangan manusia. Boleh jadi sekelompok orang atau individu yang selama ini merasa paling berjasa, yang paling aktif, yang paling proaktif,semangat&kompak, de..el..el tidak ada apa-apanya di hadapan Allah SWT. Naudzubillah..., semoga saja kita tdk termasuk di dalamnya.

Oleh karena itu sebagai saudara seiman dan seakidah, kita semestinya memberikan 1001 alasan ketika ada hal yang kurang baik menimpa saudara kita. Mungkin dia punya pertimbangan lain ketika mengambil langkah tersebut. Yang bisa kita lakukan adalah senantiasa memberikan nasihat tatkala dia lalai/lupa, mensupport dia tatkala butuh semangat dan terlebih penting jangan sampai kita memvonis seseorang dengan vonis-vonis tertentu , yang kurang G.A.N.T.E.N.G, dsb , sebelum tahu sebab pasti atau kondisi saudara kita di sana. Padahal bisa juga para ikhwan memberikan bantahan dengan menulis DICARI AKHWAT CANTIK (Cerdas, Apresiatif, No comment, Toleran/Tafahum, Ikhlas, Kreatif )’

By mang totox



Ketuaku Sayang…Ketuaku Malang


Setiap insan dalam kehidupan ini mempunyai fungsi sebagai pemimpin. Tak jarang, menjadi seorang pemimpin merupakan sebuah cita-cita (enak lagi bisa merintah orang sana sini). Minimal kepemimpinan di rumah tangga (ehm kapan tapi?) atau diri pribadi. Seorang suami adalah pemimpin bagi istri sekaligus anak-anaknya, seorang presiden adalah pemimpin bagi rakyatnya dan begitu seterusnya, dalam setiap individu manusia yang akhirnya menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Sedang di Alief siapa pemimpinnya? (pasti tau kan?, kalau nggak tahu pastilah yang belum kenal …kenal kale..siapa yang belum kenal unjuk tangan!!)

Hasan Al-Banna mengatakan:

“Kedudukan pemimpin dalam dakwah Ikhwanul Muslimin adalah sebagai ayah dalam ikatan hati, sebagai guru dalam ikatan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, sebagai syaikh dalam ikatan pendidikan ruhani, dan sebagi pimpinan dalam mengendalikan kebijakan umum dakwah”

karena begitu pentingnya keberadaan Qiyadah, sebagai jundi pasti mengharapkan mempunyai seorang Qiyadah yang sempurna. Dengan mengadakan seleksi seorang qiyadah, kita temukan siapa dia. Biar kestabilan organisasi bisa didapatkan.

Aturan membaca tulisan ini:

1. jangan dianggap serius J

2. ini hanyalah sekedar tulisan yang tidak mempunyai maksud apa-apa.

1. Workshop pemilihan ketua idaman

Tema : Qiyadah wa jundiyah

Menjamurnya persoalan dan kesenjangan di antara ketua dan anggotanya menjadikan suatu hal yang perlu dicermati mengingat organisasi ini dapat bertahan dengan adanya seorang qiyadah yang handal dan dapat dijadikan qudwah yang baik dan benar. keberadaan pemimpin ibarat sebuah kepala bagi tubuh. Hal ini menandakan bahwa keberadaan seorang qiyadah sangatlah urgent dalam sebuah organisasi. Karena dia adalah salah satu orang yang bisa menjamin keberlangsungan hidup sebuah organisasi. Dalam satu organisasi tidak mungkin dapat bergerak tanpa qiyadah yang dapat mengatur seluruh geraknya dan mengontrol dengan baik dan benar.

Kalau boleh jujur mengatakan mengapa workshop ini diadakan adalah untuk mencari seorang qiyadah yang dapat memahami karakter anggotanya. Atau mencari sosok qiyadah idaman. Qiyadah merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin shaff. Karena itu kedudukan pimpinan dalam satu organisasi amat penting dan utama dan tidak boleh hanya sebuah lambang. Berawal dari persoalan inilah mengapa workshop diadakan dengan misi:

Mencari Qiyadah Idaman

Materi Workshop :

1. Menangani Jundi yang suka rewel: Tinjauan dasar dari psikologis jundi

2. Persiapan mendapatkan kritik: Dalam upaya menciptakan kedamaian jundi yang suka mutung

3. Teknik menenangkan jundi: Study casus Alief Foundation atas sikap jundi yang suka diperhatikan.

4. Teknik memanfaatkan kehadiran jundi di tempat syuro’.

Tempat: Sekret Alief

Jalan Pisang Agung 9

Waktu : secepatnya sebelum mubes

Kontribusi : bawa snack aja cukup (minimal 5000)

Dikirim via bank No Rek. 98765.0987 9 (atas nama bendahara)

2. Pemilihan Qiyadah Idaman

Bintang Tamu : Anis Matta Lc

Hidayat Nurwahid

Tifatul Sembiring

Dewan Juri:

Anggota Alief (All Alief’ers)

Syarat Menjadi Peserta

1. Ikhlas karena Allah semata

2. Peka terhadap pengawasan dan penjagaan Allah yang terus menerus

3. Memiliki sikap amanah dan tanggung jawab

4. Memiliki rasa kasih sayang dan ukhuwah yang baik terhadap jundinya

5. Mempunyai perhatian kepada jundinya (lebih....)

6. Mengerti tabiat jundinya

7. Memahami permasalahan jundinya

8. Mengerti kesibukan jundinya

9. dll silahkan menambahkan sendiri selama masih dalam lingkup mengayomi anggotanya

Waktu pelaksanaan :

Secepatnya karena sangat urgent (sekarang Alief butuh banget)

Teknis pendaftaran :

1. peserta diwajibkan untuk memaparkan sifat dan kebribadiannya

2. mampu menjadi seorang yang mengayomi

Kriteria penilaian :

1. Kriteria penilaian sangat rahasia dan sulit diketahui serta tidak terduga

2. Hasil penilaian dewan juri tidak dapat diganggu gugat.

Dubrak…(tulisan diatas hanya mimpi seorang jundi) pernah suatu saat bermimpi andai ketum alief sehebat itu, punya sifat bijaksana, penyayang, amanah, perhatian dengan jundi-jundinya dan lain-lain. Waaah pasti Alief’ers bisa bahagia dunia akhirat. J

jujur juga gimana ya? Rasanya jadi pemimpin atau qiyadah itu? pasti sangat berat kita dituntut bisa perfect dalam segala bidang. Mengayomi semua jundinya yang manja-manja ini. Belum lagi kalau ada yang butuh perhatian ekstra? Pasti berat buanget. Apalagi kalau ditambah seorang pemimpin itu akan dimintai pertanggung jawabannya. Amanah itu pastilah diberikan pada orang-orang yang sangat berkualitas. Dan pastinya juga keputusan yang sangat berat tatkala harus menerima amanah itu mengingat kewajibannya lebih besar dari haknya. Subhanallah

seperti saat MDP tanggal 5 Mei 2007, bahwa syarat menjadi seorang Qiyadah itu harus punya kelebihan

1. kuat (kuat ibadahnya, shodaqohnya, amalnya bukannya kuat makannya, tidurnya atau yang lainnya)

2. trus lagi visioner (punya usul-usul yang spektakulier)

melihat syarat seperti itu pastilah sangat ngeri juga bila menjadi qiyadah .

Qiyadah juga manusia pastilah banyak kekurangan. Sebagai seorang jundi sudah sepantasnya menutupi kekurang Qiyadahnya. Bila kita selamanya masih menuntut orang lain kapan dakwah ini bisa berjalan dan mencapai hasil yang diinginkan?. Bukankah kita masih punya mimpi di dakwah UKC ini so Apapun itu qiyadah wa jundiyah itu pastilah. (intan)

MENDAKI GUNUNG ARUNGI LEMBAH

Kalau membaca judul ini, yang dulu hobinya nonton Tivi pasti tidak asing dengan seorang tokoh kartun bernama ninja Hatori (bener nggak? tolong diralat ya klo salah). Tapi saya tidak akan membahas panjang lebar tentang ninja yang super aktif dan dinamis ini, melainkan sedikit mencuri lagunya. Ini berawal dari sebuah pengalaman yang tak kan terlupakan, karena cukup menggelikan, tapi sangat mengasyikkan, penasaran kan ?

Alkisah, suatu hari di tanggal 8 April 2007, kami serombongan (kalau gak salah ± 11 orang + sopirnya) berangkat ke walimahan akhwat yang terletak di sebuah kabupaten, kota Blitar. Acara aqadnya adalah pukul 07.00, tapi kami berangkat naik mobil kijang dari rumah salah seorang akhwat di kota yang sama pada pukul 7.30. Sekitar beberapa kilometer sebelum memasuki wilayah yang dituju, kami sedikit dikejutkan dengan medan yang sebelumnya tidak kami duga, jangankan kami yang baru beberapa kali menginjakkan kaki di kota kelahiran bung karno itu, akhwat yang rumahnya kami tumpangi untuk menginappun tak menyangka bahwa di salah satu sudut kota/kabupatennya memiliki wilayah dengan medan yang demikian menantang, yang lebih ‘surprise’ lagi ternyata ada juga ya akhwat tangguh yang tinggal di wilayah tersebut, perjalanan yang kami kira hanya memakan waktu tidak begitu lama, ternyata salah total. Subahanallah... berarti ‘si akhwat’ yang baru saja menggenapkan setengah din-nya itu sudah berapa kali dan berapa lama ya melewatinya?

Tak dinyana, selang beberapa langkah setelah melaju dari jembatan, tanpa tanda peringatan tikungan yang super menanjak, mobil yang kami tumpangi berhenti di tengah-tengah tanjakan dan sempat mundur beberapa meter ke belakang (ya jelas mundur pasti ke belakang), beberapa tampak panik, tapi yang lain ada yang menikmati, lho???. Akhirnya kami putuskan untuk turun dari mobil, agar mobil bisa naik dan kami? Ya, kami berjalan kaki menuju ke puncak. Wah, menyenangkan bukan? ke walimahan apa rihlah?☺Eh...lagi enak-enak mendaki sambil sedikit terengah-engah, ada mobil rombongan dari jombang (daerah asal si mempelai ikhwan) lewat, dan salah seorang penumpang didalamnya menawarkan untuk menggantikan posisi kami (syukron atas tawarannya, tapi kelihatannya lebih seru yang begini!). Alhamdulillah...akhirnya sampai ke puncak juga, kami menaiki kembali ‘kijang’ yang sudah sampai di atas dan ternyata tidak jauh dari sana terlihat sudah ‘tenda biru’ tanpa janur kuningnya menyambut kedatangan kami. Bener-bener baru kali ini ke walimahan sambil adventure...

Perjalanan pulang dari walimahan, kami mengungkit kembali peristiwa yang membuat “kontestan pendaki gunung” terlelap semua selepas acara, setelah dirunut, salah satu sebab yang mungkin atas “insiden” tersebut adalah kalah start, dan tidak ada rambu petunjuk yang mengingatkan. Ya, memang sejak awal kita tak ada yang tahu medannya, termasuk “nahkoda” dalam perjalanan itu alias bapaknya si akhwat yang setia mengantarkan kita (Maturnuwun nggih pak...).

Subhanallah...Pelajaran dari sebuah perjalanan, ya itulah yang kami rasakan. Ternyata betapa penting dan berharganya sebuah pengenalan medan atau bahasa kerennya ma’rifatul medan. Sebelum berperang, seharusnya kita sedikit tahu tentang keadaan medan yang akan diserang, termasuk kondisi musuh yang ada didalamnya, hal ini sangat penting karena tidak menutup kemungkinan kita akan kalah sebelum bertanding, tidak hebat saja dalam hal teknis tapi aspek strategis (konsep) dilupakan, kedua hal itu tidak bisa dipisahkan, saling melengkapi (simbiosis mutualisme). Pun, saat kita berada di medan da’wah kampus, terutama kampus-kampus ‘jajahan’ ALIEF, mengenal medan adalah salah satu syarat yang harus terpenuhi. Misalnya, kita mau ke kampus UNIDHA tanpa kendaraan pribadi, kita sudah siap harus disana jam berapa, mau apa dan ketemu siapa, tapi petunjuk jalan untuk menuju kesana hanya dekat kampus STIBA (hayo, siapa yang belum pernah ke UNIDHA?), dengan uang pas-pasan kita berangkat, tak taunya ada beberapa angkot yang harus dinaiki dan dengan rute perjalanan yang sedikit melelahkan, untung uangnya benar-benar pas-pasan, pas nyempe pas habis (kasian deh!), tapi karena kita tidak memiliki strategi dengan mengetahui medan yang akan kita lewati, yang terjadi adalah gondok hati, karena sesampai disana bukannya disambut dengan minuman segar, beberapa cemilan dan senyuman, tapi malah ditanya satpam, mau ngapain, karena kampus sudah bubaran dan hampir ditutup. (sekali lagi, kasian deh!). Afwan, perumpamaan ini hanya fiktif belaka, kalau ada kesamaan tempat, orang dan peristiwa, mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Ada contoh yang sedikit lebih parah daripada di atas, kita tahu selama ini ada beberapa kampus yang sedikit ‘eksklusif’ untuk dimasuki. Kita ambil contoh saja kampus ABM, karena hanya bermodalkan konsep kegiatan yang bagus, tanpa pengetahuan sedikitpun tentang latar belakang kampus, kita ingin mengadakan Short Training Administrasi Islam, kontan saja baru masuk proses penawaran sudah di “skak mat” dengan pertanyaan mengapa harus administrasi ? Bukan ekonomi yang notabene menjadi basic pendidikan kampus tersebut. Sekali lagi itu hanya perumpaman yang fiktif tentang betapa pentingnya mengenal medan, yang sesungguhnya belum pernah terjadi dan mudah-mudahan tidak akan terjadi.

Petualangan kami belum berakhir, sesampai di kota Blitar, kami langsung diantar ke Stasiun, sempat berjam-jam kami menunggu kereta penataran yang amat sangat molor, kondisinya mirip sekali dengan pengungsian. Wah, sepertinya angan-angan untuk istirahat di kereta makin sirna, karena penumpang yang bejubel begitu kereta datang, seharusnya kita ma’rifah ya kalau tabiat kereta ekonomi ya memang begitu, harap dimaklumi. Hampir ¾ perjalanan kita lalui dengan berdiri. Oya, ada yang terpisah dengan rombongan, beliau ada di gerbong sebelah, yang seru, ternyata di gerbong sebelah ada insiden yang mengejutkan, ada sekelompok orang yang tengah melancarkan “modus operandi”pencurian, dan diakhir perjalanan baru diketahui ternyata ada salah seorang akhwat menjadi korbannya (alhamdulillah...kabarnya sudah ada gantinya nih, Allah memang Maha Luas Rizkinya), setelah ditanya, si akhwat sendiri heran, Kok bisa ya??secepat dan semudah itu. Nah, pelajaran yang kedua, selain mengenal medan, kita harus berusaha sekeras mungkin, sekuat tenaga mengerahkan pikiran dan jiwa kita, sambil berdoa, karena keputusan sepenuhnya ada di tangan yang Maha Kuasa. (Bukannya cepat berprasangka lho, tapi waspada)

Ikhwahfillah... pasti antum semua pernah merasakan betapa untuk “meraih hati” kampus binaan kita penuh dengan suka dan duka, ada yang menatap penuh kecurigaan, ada yang dimatai-matai setiap kita bertandang, untung belum sampai dikata-katai, tapi ada juga yang setelah sekian lama sering kesana kemudian tidak tampak batang hidungnya, malah ditunggu-tunggu kehadirannya, lengkap dengan logistik yang sedikit wah. Nah itulah perjuangan yang tidak mengenal kata akhir tapi selalu ada awal, dan salah satu hal yang berharga dalam mengarungi perjalanan ini adalah mengenal medan, agar kita bisa mempersiapkan ‘perbekalan’ termasuk amunisi-amunisi yang harus digunakan, pokoknya ikhtiar abiis! n jangan lupa berdoa, agar tidak kehabisan bekal selama di perjalanan dan yang penting TIDAK KALAH SEBELUM BERTANDING ! Selamat “Mendaki Gunung Arungi Lembah”! perjuangan masih panjang! (asy_syahadah@eramuslim.com)

Menghitung Hari

Sudah sebagai job andalan DPL (Departemen Pengembangan Alief) adalah salah satunya penggalangan dana untuk Alief tercinta ini. Jadi setiap ada tawaran yang nanti dapat duit pastilah tidak akan ditolak. Langsung ambil dech. Naah salah satunya saat ada tawaran dari toko Auladuna yang minta tolong dicarikan seorang akhwat untuk menjaga stand nya saat bazaar. Ya bazaar buku “Malang Boleh di Adu”. Pemilik Auladuna yang sudah mengenal salah satu crew DPL mengirim sms 4 hari sebelum bazaar dimulai. So masih ada waktu tuk membahasnya. Meskipun tidak perlu dibahas lagi toh karena pasti keputusannya ayo aja alias diterima !!.

Hingga akhirnya tibalah bari itu. Sehari sebelum bazaar tepatnya sore sekitar jam 3, salah satu ikhwan DPL mengirim sms Yang intinya pihak auladuna minta tolong untuk dibantu menata barang. Kebetulan sedang berada di secret Alief so langsung menghubungi akhwat Alief lainnya apa bisa membantu. Singkat cerita akhwat DPL juga yang bisa membantu. 15 menit kemudian sudah berada di tempat “Taman Krida Budaya” tempat bazaar diadakan bersama salah satu akhwat, berputar-putar mencari stand Auladuna dengan bingung, eehm akhirnya ketemu juga, menyapa ibu pemilik Auladuna dan membantu sebentar karena saya ada syuro’ PH jam 4 sore, so nggak bisa lama membantu. Menghubungi akhwat Alief lain sebelum pergi untuk mencarikan teman akhwat Alief yang tinggal ternyata nihil. Huuh Memang sangatlah diperlukan syuro’ koordinasi bagaimana tidak selain harus kebungungan mencari akhwat untuk diajak ke bazaar

Singkat cerita kita mulai menjaga stand Auladuna secara bergiliran, untuk akhwat kita punya giliran unuk menjaga pagi hingga sesudah maghrib. Sedangkan di ikhwan setelah maghrib sampai toko tutup.

Toko Auladuna, berpusat di Solo di sebuah plasa Goro As-Salam. Kalau dibayangkan waah jauh sekale ketika harus membawa barang dari Solo menuju Malang. Dan itu tidak sedikit lagi. Dengan sewa tempat 3 juta dan biaya perjalanan yang pastinnya mahal itu Toko Auladuna menargetkan bahwa pendapatannya bias mencapai 24 juta (haaah banyak buanget).

Memanfaatkan setiap peluang yang ada itu pelajaran berharga yang bisa didapat. Dengan jatah waktu hanya 7 hari itu tidak lama lho. Mengusahakan setiap kesempatan yang datang. Walau itu hanya beberapa hari tetap usahakanlah.

Kebayang nggak waktu bazaar tinggal 3 hari toko Auladuna mendatangkan barang dari Solo kurang 3 hari !! Melihat bahwa di stand lainnya barang itu lumayan laku. Dalam hati juga sempat bertanya kok masih mau mendatangkan barang siih lagian bazarnya juga tinggal hitungan hari. Toh barang tersebut baru nyampe malang sore dan baru di stand pagi esok harinya. Waah kagum juga sih dengan perjuangannya seperti itu. Masih memanfaatkan waktu yang singkat. Pasti kalau kita melihat tinggal 3 hari lebih baik mencari hari yang lainnya aja. Al hasil benar juga meski datangnya agak telat toh barang tersebut juga laku. Dan dari total pendapatan toko Auladuna tersebut bias mencapai target yang diinginkan 24 jutaan dalam waktu 7 hari (Subhanallah…)

Kalau selama ini di Alief lagi membahas FTT dan waktu terus berlalu tinggal 2 bulan tidak ada. Dan pengurusan Alief pun juga dalam hitungan yang sama. Dengan capaian target kader yang masih belum tercukupi dan lainnya. Memanfaatkan waktu dengan maksimal dengan tetap berusaha dan yakin bahwa target itu pasti akan terpenuhi. Waktu FTT tidak 3 hari tapi masih dalam hitungan bulan. Jika dengan waku yang sedikit Toko Auladuna bisa meraih target yang diinginkan dengan usaha yang maksimal tersebut bukan tidak mungkin Alief pasti bisa mendapatkan kader sesuai target dengan tetap memanfaatkan sisa waktu dengan maksimal. Bukan berarti dengan waktu tinggal sebentar di pengurusan, mungkin hanya menghitung hari kita sudah tidak memikirkan Alief ke depan!! Dan sering mengatakan biarkan pengurusan ke depan yang membahas. Dan hal-hal lainnya lebih pada untuk disimpan dan biar di urus kepengurusan yang akan datang. Alief’ers mari Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya meski hanya tinggal hitungan hari. Bukannya ada hadist

“Tanamlah sebuah biji kurma meski besok sudah datang hari kiamat”

(intan)

MENIKMATI PROSES...

Saat kita duduk di bangku SMP dulu, pasti masih teringat sekali di benak kita, bagaimana ketika guru menerangkan tentang sistem reproduksi makhluk hidup. Tentu yang paling kita ingat adalah sistem reproduksi kita sebagai manusia. Bagaimana dari sana kemudian bisa menghasilkan seorang anak manusia. Subhanallah... ternyata prosesnya cukup rumit. Ya, berjuta-juta sel sperma harus bersaing untuk memperebutkan satu sel telur. Ketika sel telur berhasil dibuahi, yang artinya sudah ada bakal calon manusia, maka dia tak akan hentinya berproses, karena penciptanya sungguh luar biasa, Ia mengaturnya sedemikian rupa, seteliti dan sesempurna mungkin. Mulai dari segumpal darah, berlanjut dengan segumpal daging dan pada usia yang cukup ‘matang’ ditiupkanNya ruh ke dalam jasad tersebut, dimana telah terjadi aqad antara Pencipta dan yang diciptakanNya. Berawal dari situlah sebuah episode kehidupan dimulai. DitetapkanNya 3 hal dalam diri manusia, jodoh, rezeki serta ajalnya. “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuanNya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya bagi Allah yang demikian itu adalah mudah.” (QS. Faathir:11). Bayangkan! 9 bulan 10 hari, proses yang cukup panjang bukan?

Coba kita tengok lagi pelajaran SMP yang lain. Afwan, kalau ga salah ingat SMP atau SMA. Teori tentang terjadinya alam semesta. Bagaimana terjadinya alam semesta ini bermula dari sebuah ledakan yang dahsyat atau yang sering kita kenal dengan teori ‘Big Bang’, disanalah kemudian komponen-komponen alam raya terbentuk, mereka tersusun dari unsur-unsur yang sempurna, dan semua itu melalui proses yang tidak sebentar. MasyaAllah...sebenarnya kita sudah bisa tau, cukup dengan menengok ke Al-Qur’an, disana sudah tergambar jelas.

Nah, sekarang coba kita lirik ke kuliah. Afwan ya, kalau menyinggung SARAF (Suku, Agama, Ras, Fakultas)J , gak papa kan berbagi pengalaman n ilmu? ini nih ceritanya pengalaman waktu penelitian kemarin dalam rangka menyusun skripsi. Setelah saya hitung, ternyata total waktu untuk merampungkan skripsi adalah 1,5 tahun alias 17 bulan, 5 bulannya untuk cari judul, 2 bulan untuk nyusun proposal, 6 bulan untuk penelitian dan sisanya 4 bulan untuk closing (hasil dan pembahasan). Cukup lama bukan? Ya, bagi saya bukan hanya lamanya tapi bosan juga! Setiap hari harus menengok ‘anak-anak’, memberi ‘minum’ dan ‘makan’, dan harus siap dengan berbagai macam obat untuk menyerang virus-virus agar ‘anak-anak’ tetap sehat dan kuat. Tapi, ada hal berharga dan cukup menakjubkan bagi saya adalah ketika awal melakukan persemaian (menanam biji), beberapa minggu setelah semai ternyata satu bak semaian, hampir 50 %, mengalami layu yang cukup parah. Pasalnya, sudah menyerang sampai ke batang, padahal sudah diwanti-wanti sama dosen, bahwa benihnya harus dipelihara sebaik mungkin, karena kalau mati tidak ada gantinya, atau bisa dikatakan saya terancam ganti judul. Naudzubillah...ceritanya, setelah panik dengan kondisi yang sedemikian parah, waktu itu tanaman-tanaman tersebut berada di kontrakan, akhirnya saya putuskan untuk membawa ke balai tempat penelitian berlangsung, karena berharap disana ada penghidupan yang lebih layak. Setelah berkonsultasi dengan salah seorang pegawai disana, beliau mengatakan bahwa kemungkinannya sangat kecil untuk sembuh bagi tanaman yang sudah terserang jamur tadi. Deg...saat itu yang hanya terpikirkan adalah bagaimana agar tanaman-tanaman ini masih bertahan dan syukur-syukur bisa pulih dari kondisi yang cukup kritis. Jika ada sesuatu yang patah, misalnya tulang, maka biasanya cara yang efektif untuk menyambungnya adalah menggunakan gibs, yang sekaligus berfungsi sebagai penyangga, tanpa pikir panjang, dengan bermodalkan logika, akhirnya saya tambahkan tanah untuk menyangganya, padahal secara teori hal itu juga sangat kecil kemungkinannya, karena jamur sudah menyerang bagian dalam tanaman. Wallahu’alam...setelah itu saya taruh di “Glass house”, agar meminimalisir serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang lain, setiap dua hari saya siram, sambil terus berdoa, berharap bahwa ‘pemilik’nya masih menghendaki untuk hidup. 4 hari kemudian saya melihat perubahan yang menakjubkan pada semaian tersebut, ternyata tanaman-tanaman yang kondisinya sempat mengenaskan, sekarang memperlihatkan progress yang cukup baik. Ada pertambahan tinggi, dan helai daunnya terlihat segar. Subhanallah...ketika ditanya oleh Pak Shobirin, pegawai yang pernah saya jadikan tempat konsultasi dulu, beliau mengatakan “Oh...ternyata dia bisa mengobati lukanya sendiri”. Nah, itu cerita dulu ketika pra menanam, selanjutnya ada banyak hal lain yang membuat saya takjub. Ketika menikmati proses munculnya daun, kemudian bunga dan terakhir buah, setelah melewati proses panjang dengan menyiram, memupuk , menyiangi, dan mengendalikan hama. Ada sesuatu yang membuat saya tertegun, tak menyangka dari dua buah cabai, dengan total bijinya yang berjumlah 211an, bisa menghasilkan tanaman hidup sekitar 180, dimana masing-masing tanaman tersebut menghasilkan buah sampai 30an. Coba bayangkan, kalau kita analogikan dengan manusia, dari dua orang, kemudian masing-masing mampu mengajak 10 orang dan 10 orang yang diajak tersebut masing-masing mampu mengajak lagi yang lain, dan begitu seterusnya, tapi jelas tak semudah yang dibayangkan, karena seperti tanaman tadipun butuh proses yang cukup panjang dengan godaan yang bermacam-macam pula. Tapi...itulah proses, setelah melewati jalan yang cukup rumit, akhirnya saya bisa menikmati hasilnya.

Ikhwahfillah...berbicara tentang proses, ada satu hal yang cukup berarti untuk kita renungkan, apakah itu ? ya, dialah kata yang singkat namun aplikasinya sangat berat...SABAR. Betapa dialah faktor yang sangat berperan dalam rangka menikmati proses tadi. Dia berada pada pertengahan antara tidak isti’jal namun tidak pula berleha-leha. Pengalaman di Da’wah Pelopor benar-benar mengajarkan kepada kita tentang betapa nikmatnya berproses. Artinya, memang kita harus menikmati, karena sebenarnya perjalanan ini menyenangkan. Hanya saja, kita butuh untuk sedikit atau bahkan banyak bersabar. Tapi, ternyata sabar itu bukan dengan diam menunggu hasil, namun bergerak dan terus bergerak sedangkan hasil bisa datang kapan saja. Meskipun setelah kita “pergi” atau tidak berada di amanah da’wah itu, paling tidak kita sudah turut membangun tangga-tangga menuju ‘puncak’nya, syukur-syukur kalau kita bisa juga turut mengantarkan sampai pada ‘puncak’nya. Teladan yang paling tepat untuk menggambarkan tentang da’wah pelopor ini, tidak lain dan tidak bukan, beliaulah baginda Rasulullah saw. Selama 23 tahun mengarungi samudra da’wah, beliau tidak pernah “memaksa” Allah untuk menampakkan jerih payahnya. Peristiwa di thoif, bisa mengingatkan kita bahwa da’wah Rasulullahpun tidak mulus. Sekali jadi. Tanpa rintangan. Padahal, kalau Rasulullah mau, beliau bisa saja memohon kepada Allah, dan niscaya akan dikabulkan. Malah beliau sempat ditawari agar orang-orang Thoif itu ditimpa saja dengan gunung besar yang ada di antara Makkah dan Madinah, tetapi beliau menolak dan malah menerima dengan tetap tegar serta ikhlas, menghadapi cercaan dan lemparan batu.

Ikhwahfillah...itulah da’wah pelopor di jaman Rasulullah. Da’wah pelopor di jaman kita tentu tidak se’parah’ jaman beliau. Di era da’wah sebelum 1998, cukup memberi kita bukti bahwa kepeloporan itu adalah sebuah keniscayaan. Halaqoh-halaqoh tidak semudah sekarang, majelis-majelis ta’lim tidak semenjamur sekarang, bahkan ada beberapa aktifis yang harus rela mendekam di penjara-penjara dunia, karena kecurigaan yang semena-mena. Sungguh....kepeloporan kita sangat jauh dibandingkan kepeloporan mereka. Maka, sudah sepantasnya kita malu, jika kita berhenti, hanya karena merasa tak segera menuai hasilnya. Seharusnya yang menjadi bahan evaluasi adalah sudah sejauh mana kita telah mengupayakan dengan segala kemampuan yang kita punya.

Tanggal 22 Maret 2007, jam 15.48, sebuah pesan masuk ke ponsel saya : “mbk, pean bsa g kpn2 ngajari aq ngaji d kmps. So hny tmen2 HT yg da d kanjuruhan, knapa yg spt mbk g ada. Iya smua g da bdax ttp aq pribadi krg pas ma mbak2 HT”, demikian bunyi sms tersebut tanpa saya ubah redaksinya. Kiriman dari seorang akhwat alumni switer, satu-satunya dari Kanjuruhan. Antum tau apa yang terpikir di benak saya? Ya, Kenapa baru sekarang ? padahal kita dulu sudah sempat bertemu, meski kemudian hanya berlanjut by sms. Setelah dirunut, ternyata dia merasa iri melihat temannya yang ngaji. Temannya itu pernah datang langsung ke sekretariat Alief untuk minta ngaji, setelah mendapat info dari kakaknya. Nah, kemudian ditindaklanjuti oleh salah seorang akhwat Alief yang diamanhkan untuk memegang halaqohnya. Dari situlah si akhwat alumni switer tadi mengetahui dan merasa “iri”, kemudian terjadilah sms diatas. Subhanallah...hanya kata itu yang mampu saya ungkap, betapa Allah punya cara yang terbaik untuk hambaNya dan betapa proses adalah sebuah keniscayaan dalam hidup kita. Mungkin tidak terbayangkan di benak kita sebelumnya, apakah mungkin kita bisa seperti sekarang ini. 4 tahun yang lalu Alief lahir, setelah sebelumnya berganti dari nama KM3, dengan jumlah pengurus yang hanya segelintir orang. Apalagi kader di kampus binaan yang masih nol besar. Ternyata butuh waktu sekian tahun untuk kemudian bisa menjadi sekarang ini, pengurus yang semakin banyak dan terutama lagi adalah kader-kader di kampus binaan. Semua itu tidak lepas dari peran pendahulu sekaligus penerusnya, merekalah para Aktivis Da’wah Pelopor.

Ikhwahfillah...inilah perjalanan da’wah yang memerlukan proses panjang, maka nikmatilah ia, dengan hiburan-hiburan iman yang menghujam. Rangkailah ia dengan ketajaman visi perjuangan. Kokohkan ia dengan spesialisasi dan pembagian tugas. Ikatlah ia dengan ketsiqohan antara qiyadah dan jundi serta rajutlah ia dengan benang-benang kemesraan ukhuwah. Semoga dengan lima pilar ini, semakin mantap kita melangkah dan proses itu....menjadi suatu yang nikmat dan berkah. SELAMAT MENIKMATI PROSES ! (asy_syahadah@eramuslim.com)

Menuju Puncak (Bisnies Alief)

Ada dana 500 ribu?

Buat apa?

Deposit counter ukhti.

Waah lagi-lagi cerita DPL (maklumlah sekdep DPL gitu). Bahwa DPL ,merupakan department eksternal Alief pastilah sudah pada tahu. Lebih banyak untuk berkecimpung dalam urusan penggalian dana dan Networking. Ehm meski sering dianak tirikan (eeeh enggak ding) habis banyak sih yang bilang kalau DPL itu profit oriented, jarang mikirin kader dan sebagainya. Meski gitu kita masih berusaha untuk memikirkan kader kok buktinya ada ATC tuh, yang berusaha menjadi mercusuar dalam open recrutmen Alief kali ini meski banyak kendala dan tantangan yang menghadang seeh. (Semangat tentunya).

Bentuk bisnis DPL sendiri macam-macam selain ATC, ada ABC, AMC, AEC, ADP, trus udah dech cukup itu aja. Meski hanya berbekal semangat yang sering padam. DPL berusaha melakukan bisnisnya dengan baik meski perlu belajar dan perjuangan. (intan)

Mutung ??

Pernah kecewa dengan hasil syuro’ dong? Nggak mungkin sekali kalau dalam ikut syuro, selalu muluus-mulus aja seperti jalan tol. Yang namanya juga hidup pasti adalah yang namanya kerikil-kerikir ujian (cieeeh) tapi itulah yang namanya dinamisasi kehidupan nggak selamanya berjalan mulus begitu saja. Jadi dinikmati sajalah setiap kerikil-kerikil itu.
Yaa, kemarin merupakan salah satu kerikil yang harus dilewati.. Meski muarah dan perasaan kecewa tidak bisa terbendung berusaha untuk bertahan di forum merupakan satu hal saya usahakan. Mangkel, ngambek atau apalah istilahnya itu mungkin yang terjadi. Ketika solusi cerdas tidak ditemukan ya hasilnya keputusan yang “memaksa” dilakukan meski itu merupakan keputusan yang aneh. Di Unidha nggak ada SPV ikhwan (how can it’s happen).sedih banget….. Akhwat bisa apa neeeh!! Apalagi itu ane, kapasitas ana itu bisa apa? mungkin jika ana akhwat yang kaliber tingkat tinggi mungkin sanggup menerima amanah ini menjadikan unidha kampus impian. Lha wong ana saja masih banyak bercanda, ketawa terus dimana-mana, hafalan belum 2 juz, masih belum bisa njaga hati, nggak nundukkan pandangan kalau dijalan (jelas dong lha kan naik motor kalau nunduk ya nabrak). Trus kedepan mau diapakan unidha?

Ya…mogok ………..singkat cerita sejak keputusan aneh itu ane berazam untuk mogok di Alief heee…heeee, bukan hanya terkait karena nggak ada spv ikhwan di unidha lho ………tapi karena ada hal lain yang membuat niat untuk mogok semakin mantap ana lakukan heee…heeee (meski nggak pake istikharoh segala). Kalau diceritain sebab kenapa mogok bisa puanjang dan capek mbacanya. Tapi mogok kali ini merupakan puncak dari ketidaksepahaman dengan qiyadah (ehh qiyadah ngerti nggak ya?)……………capek dong kalau nggak ngerti. (pahami jundimu dong! pak)
Kalau biasanya rakyat jelata hanya bisa demo dan mogok makan kalau tidak sependapat dengan kebijakan pemerintah. Sebagai jundi mungkin dengan mogok dari setiap agenda spv yang bisa ana dilakukan
J. Berharap bahwa qiyadah tahu kondisi jundinya sekarang tidak sesuai dengan apa yang diperkirakannya. Yaaaa selamat datang mogok…!! (hoee…Unidha mogok syuro’ lho) Unidha yaa unidha…entah mengapa kalau ingat dan terbesit kata itu penginnya melupakan saja. Apa karena masih terbawa situasi mangkel! Mungkin itu salah satunya.
Ntah mengapa juga, yang inginnya melupakan masalah dan mendapatkan materi yang dapat menambah semangat lagi eeeh dubraaak. Di waktu LQ materinya disangkutkan, apa karena taqliful qulb dengan murobi begitu dekat yang pasti materi LQ kemarin pas buanget. Yaaa……… Qiyadah wa Jundiyah.( kena tegur Murobi dech, repot!!)
Bahwa apapun keputusan seorang qiyadah berusaha untuk menerimanya dan mengkaitkannya dengan keikhlasan. Duuuh apalagi murobi mengungkit masalah pembangkangan, alhasil tersenyum-senyum sendiri (maluuuuu banget kale). Kenapa selama ini masih ada rasa mangkel yaaa?? Bukankah kita berada di jalan dakwah ini karena Illalah!! Bukan karena Ila….(ketum, teman, tetangga atau siapalah) (duuuh kena banget…..!!)
Sempat juga merasa malu kala sms ke salah satu ikhwah yang dulu pernah di unidha dan merasakan manis asemnya perjuangan di sana
J cerita bahwa sekarang lagi mutung di Alief. Lagi muales buanget pokoknya. Beberapa saat kemuadian di balas
kenapa mutung? Nggak ada yang bisa diajak berlari tha di Alief?
J ... heee…. diajak berlari!! ketawa juga? kapan Alief bisa di ajak lari ya, yang ada Cuma masalah internal yang nggak bisa selesai-selesai. Ngurus SDM yang nggak kelar-kelar.. kader ikhwan yang seiprit. Sini mutung sana mutung ..Capek dech.

Nggak tahan kalau kondisi Alief gini terus, capek!! lebih baik mutung, syuro’ kemarin sudah membuat ane nangis” ane balas smsnya. tidak beberapa saat 2 sms masuk Duuuh Kenapa ane juga masih ngambek ya??

ada sesak yang tak kunjung reda, ada lelah yang tak jua sirna, ada kecewa yang kesekian kalinya….tapi aku yakin, aku mampu, menghadapi dengan senyum kesabaran, tatapan nan tegar dan hati yang selalu tulus memaafkan, seperti Rosulku telah mengajarkan. Aku harus kuat dan tidak boleh lemah. Ya Allah Engkau Maha Tahu, apa yang aku alami adalah bahasa cintaMu yang kan menjadikan lebih dewasa dan bijaksana” isi sms nya yang sangat puanjang.

Heee…kalau di lihat kembali sih lucu juga kenapa Cuma di uji seperti ini ane bisa mutung. Kembali menata hati dan menerima ini adalah hal yang terbaik lah, belum tentu apa yang kita lihat baik di mata Allah baik pula. Sedikit demi sedikit juga agak bisa mereda (tapi afwan pleno belum bisa datang). Apa lagi kalau dikembalikan lagi dengan konsep keikhlasan waah memang sebegitu sakitnya hati sudah memakan perasaan tapi bila kembali membaca kata “ikhlas” kata “mutung, ngambek, mogok” itu tidak akan ada lagi. Mungkin pula dengan semakin banyaknya amanah dapat menjadikan ane lebih dewasa. Amien
Bukan saatnya lagi kita manja pada keadaan., belum lagi kalau ingat bahwa musuh Allah disana pasti lebih hebat dan tidak berkutat dengan masalah yang seperti ini.maluu kale!! So ikhwah Alief lainnya sudah nggak jamannya lagi kita mutung, nggak datang syuro’lah lari dari amanah dan lainnya yang nggak jelas kabarnya, lihatlah dibelahan bumi lainnya perjuangan ini lebih hebat masak hanya karena sakit hati kita mutung….

(so ikhwah fillah seberapa sakitnya hati antum berada dalam jalan dakwah ini, kembali bersabar, tegar dan ikhlas mungkin itu solusinya, kembali untuk tersenyum).SMANGAT (intan)

On- Time..kapan?

Madrasah Dakwah Pelopor atau istilah kerennya MDP, program baru di Alief yang berdirinyapun penuh perjuangan dan tantangan. Mulai dari konsepan sampai buku pegangannya yang sampai sekarang masih belum jadi (entah sampai kapan neeh). Diprakarsai oleh TBK (Tim Bina Kampus) dan juga Kaderisasi. Maka terbentuklah MDP ini. Sekolahnya para Alief’ers.

Sabtu jam 16.00 di gedung perkuliahan UIN. Semua Alief’rs wajib datang tidak terkecuali. Bila tidak datang wajib ijin terlebih dahulu ke kepala sekolah MDP (bila tidak di hukum!). Selain itu salah satu kewajiban peserta MDP adalah membuat resume materi yang akan disampaikan, membayar SPP, mengumpulkan foto buat KTA trus juga tidak lupa membayar uang pendaftaran. (duuh kayak sekolah bener aja, kayaknya perlu pake sepatu dech atau seragam.. J ). Kebetulan paginya ada syuro’ yang sampai siang so tidak pulang dulu ke kost dahulu dan masih di secret alief bersama beberapa akhwat yang kebanyakan merupakan SDM baru karena pagi baru ada SOBAT (Short basic training, bagi new comer’s Alief). Semangat pastinya sebagai SDM baru diberi tahu akan ada MDP, ikut datang menjadi sebuah kepastian tentunya? (kalau nggak rajin apa mau dikeluarin dari Alief.. J..hee heee)

Tet jam 4 sore pasti sudah datang bahkan kurang dari jam 4 . Duduk menunggu di lantai bawah sambil cerita-cerita tentang Alief bersama salah seorang akhwat (ngrumpi lah) cerita Alief itu ginilah, gitulah ada yang ini trus yang suka itu. Mungkin diawal pembicaran masih begitu banyak hal yang bisa diceritakan tapi lho kok dah 30 menit berlalu belum ada tanda-tanda akan dimulai. Meski sudah ada beberapa ikhwan yang datang dan menunggu di lantai atas habis juga bahan yang untuk dibicarakan. Hingga akhirnya akhwat tersebut mengatakan “ooh begini ya budaya Alief!!”

Duaaaaar………..Sudah seberapa seringkah di Alief ini nggak on-time. Berapa waktu yang harus dibuang hanya digunakan untuk menunggu dan menunggu. bukannya lebih baik digunakan untuk kegiatan yang lainnya. Ditambah dikontrakan masih banyak cucian yang menumpuk. Kamar belum diberesin, tugas-tugas yang belum terselaikan!! dan kita disini hanya menunggu tanpa ada kegiatan yang penting dan itu menjadi sebuah kebudayaan di Alief tanpa sebuah perbaikan. Bagaimana kita bisa lebih baik bila kita masih mempermainkan waktu dan sering mengangap enteng belum cukupkah hadist dan ayat Al-Quran yang mengatakan bergunanya waktu?. Syuro’ PH berapa kali harus molor dan molor hanya karena pesertanya belum lengkap. Lihatlah di jepang begitu berharganya waktu yang mereka jalani hingga mereka sekarang menjadi bangsa yang besar. Kapan Alief bisa on Time? Hanya all alief’ers yang bisa menjawab. (Intan)

PARTNERKU SAYANG

Hampir genap 3 tahun sudah ketika Alief dideklarasikan di Malang, pada tanggal entah kapan tepatnya Alief Foundation lahir, yang pasti pada tanggal 19 April 2004 itu Alief mempunyai mempunyai landasan hukum. Bisa dibayangkan terasa saat itu harapan besar akan kejayaan dakwah dikampus C dan mimpi-mimpi besar para pendirinya, kampus yang masih jauh dari kondisi yang akan berperan membawa perubahan. Kini semua orang yang hadir menjadi saksi saat itu, sudah tidak lagi bersama kita semua. Tetapi mereka masih menaruh harapan itu kepada kita, karena kesadaran bahwa perjuangan harus tetap berputar.

Seperti berputarnya roda kendaraan yang senantiasa di arahkan oleh pengemudinya. Kemana saja ia berputar adalah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh sang pengemudi, siapapun orangnya. Tujuan yang konsisten untuk membantunya meraih kesuksesan demi kesuksesan hidup dengan merangkai tempat-tempat yang ia tapaki. Namun, adakalanya roda itu belum tentu membantu sang pengemudi mencapai tujuannya tersebut. Adakalanya roda itu justru yang menjadi masalah. Tujuan yang seharusnya bisa dicapai dengan cepat, malah menjadi lebih lama bahkan daripada berjalan kaki hanya karena masalah roda yang bocor, apalagi patah.

Dan tentu bukan itu yang pengemudinya inginkan. Meskipun, mungkin hal itu pula karena kelalaian sang pengemudi untuk mengurusi rodanya. Kendaraan yang kita gunakan itu bernama Alief. Roda itu adalah perjuangan yang kita putar hanya dan hanya untuk menjadikan kampus swasta (C) menjadi bernuansa islam, Dan yang kita yakini, siapapun pengemudi dan penumpangnya, mesti bukanlah mereka yang menginginkan. Bocor atau patahnya roda, tetapi sampainya mereka di tujuan. Dan siapapun harus siap bersama menanggungnya manakala roda itu memang bocor atau patah. Bukan risiko seorang pengemudi atau salah satu penumpang. Karena memang kendaraannya digunakan bersama.
Teman-teman, ikhwah fillah, rekan-saudara seperjuangan di Alief yang insya Allah dirahmati-Nya, begitu cepat waktu berlalu begitu cepat dinamisasi kepengurusan itu silih berganti belum ada satu kepengurusan sudah berganti lagi dan itu tidak hanya sekali. Kadang itu membuat suatu perubahan yang berarti datang dan perginya seseorang memang mampu membuat berubahnya nuansa yang selama ini ada dan mau tidak mau merubah keadaan yang telah ada dan mungkin juga mempengaruhi proses dakwah yang ada di Alief mungkin dulu berpartner dengan ini sekarang berubah, dulu ada si A sekarang sudah tidak ada, dulu ketika ada B begitu baik dan hal lainnya. kita tidak layak berdebat mengapa dinamisasi di Alief ini begitu cepat dan sangat cepat. Apalagi menyalahkan sang pengemudi yang sudah lelah payah demi mengendarai kendaraan dengan sebaik-baiknya dan menghindari duri yang dapat merusak roda. Tetapi yang lebih utama ialah bagaimana kita dapat memperbaikinya dan masih yakin bahwa ini merupakan salah satu dinamisasi dalam dakwah. Sehingga perubahan itu tidak dapat berdampak buruk dan bisa mempengaruhi proses dakwah yang sudah direncanakan dan kendaraan dapat melaju lebih mantap dengan dukungan putaran demi putaran roda, ratusan kali, ribuan kali, ratusan ribu kali, bahkan jutaan kali meski dengan beda penumpang.
Teman-teman semua, perjuangan kita di Alief bukan hanya tentang apa yang kita lakukan di dalamnya, namun juga bagaimana kita mampu memahami segala kondisi yang dimilikinya dengan sikap yang benar. Kita menginginkan siapapun yang menjalankan Alief kapanpun, mereka adalah orang-orang yang meletakkan kontribusinya di atas landasan pemahamannya.
Pemahaman bahwa Alief belum memiliki sistem kepemimpinan yang bagus, belum bisa mengikat semua Alief’ers dengan pasti dan memberi manfaat luas bagi anggotanya. Pemahaman bahwa budaya Alief masih belum bisa on-time, masih belum bisa focus Pemahaman bahwa tantangan Alief ke depan mewujudkan mimpi UKC sangatlah besar dalam mengangkat secara bersama level kampus binaan kita untuk lebih berkontribusi riil kepada dakwah ini.
Percayalah, da'wah di Alief akan tetap menjadi cerita indah manakala orang-orang di dalamnya istiqomah untuk selalu tertarik membawa perbaikan bagi Alief. Dan tidak memikirkan masalah internal yang tidak jelas. Semua masalah yang terjadi adalah alamiah bagi sebuah organisasi. Tetapi itu juga bisa menjadi bagian cerita indah
jika diselesaikan dengan jalan yang indah pula.
Teman-teman, profesionalisme itu bukan hanya hasil kerja yang bagus, tetapi ia adalah ketaatan. Ketaatan terhadap goresan dan garisan yang terus dipupuk oleh orang-orang yang telah berjuang lebih, dalam da'wah. Mereka adalah qiyadah, yang dengannya lahir uswah sebuah perjuangan. Perjuangan untuk memutar roda-roda lari lebih mantap untuk sampai ke tujuan dengan baik.

To: All Alief yang sudah meninggalkan Alief, kenangan terindah bisa berpartner dengan antum semua. I miss you all. (mang totox)

SEJENAK...

Bagaikan roda yang berputar, itulah kehidupan ini, semenit yang lalu berada di atas, tapi beberapa detik kemudian tiba-tiba sudah di bawah, menyentuh tanah, pun dalam kehidupan ini, begitu dinamis dan cepatnya waktu berganti, hanya dalam hitungan hari, jam, menit bahkan detik segala sesuatu bisa berubah. Suatu ketika pernah kita membuat perencanaan, time schedule harian bahkan pekanan sudah rapi terjadwal, tapi tiba-tiba yang kita rencanakan dengan detail, bisa begitu saja berubah dalam hitungan detik, saat itu apa yang kita rasakan? Mungkin segudang rasa sakit, dongkol, kecewa, dkk, mampir di hati kita. Ya...Manusia hanya berencana Allah jua yang berkehendak.

Kamis, 15 Maret 2007, saat itu perjalanan saya menuju ke Semarang, tepat pukul 13.57, HP saya berbunyi, tanda sms masuk, Assalamu’alaikum...afwan ukhti ni dari keputrian LDI ITN, InsyaAllah keputrian LDI ITN mau ngadain SIK (Studi Islam Kemuslimahan) tgl 23-25 maret, kami meminta bantuan ukhti mungkin bs ngisi beberapa materi nantinya. InsyaAllah undanganx menyusul...jazakillah khoir, demikianlah isi sms itu, persis seperti yang dituliskan pengirimnya. Ingatan saya langsung melayang pada satu kegiatan yang mengingatkan saya pada ukhti “si pengirim sms”, ceritanya, hari itu, Jumat (2 maret 2007), akhwat Alief Foundation mendapat bagian jadi panitia Jalasa Ruhiyah kampus se-Malang, sebenarnya ide awalnya di musholla ITN, itupun muncul dari akwhat di luar alief, ada info dari akh Reddy DPD, klo musholla ITN mudah dipinjam, lho kok bukan dari Alief’ers? Singkat cerita...pas silaturrahim ke rumah bu nurul (ADKP ITN), malah dapat peluang tempat yang lebih ‘wah’ yakni di aula ITN. Walhasil, jadilah acaranya bukan jadi Jalasa Ruhiyah tapi lebih pantas kalau disebut Seminar KemuslimahanJ, disitulah bu Nurul mendatangkan beberapa akhwat ITN untuk membantu kelangsungan acara tersebut, di akhir acara kami berbincang-bincang singkat dan saling bertukar personal contact, sebelum akhirnya berpamitan.

Itulah sedikit kenangan yang mengingatkan saya bahwa waktu berputar demikian cepat, rasanya baru beberapa waktu yang lalu saya berkumpul dengan teman-teman, menikmati Esem, rihlah di kebun teh Wonosari, sebagai Event Organizer Jalasa Ruhiyah, kuliah di kampus peradaban (wah, saya dah ijin 2 kali nih pak kepala madrasah, dipecat saja pak wali kelas akhwatnya!), anjangsana ke beberapa kampus, berpusing ria di syuro-syuro PPDP yang gak kelar-kelar (Alhamdulillah...kabarnya sekarang sudah disosialisasikan? ditunggu kiprah antuna untuk relisasinya, ALLAHUAKBAR!), cari pinjaman sana-sini untuk nglunasi hutang, mendirikan counter dan...ah, masih banyak lagi kenangan-kenangan bersama dalam suka maupun duka. Subhanallah...indahnya kebersamaan.

Wah, sekarang saya baru benar-benar tau bagaimana rasanya ‘kesendirian’, jadi pingin menikmati masa-masa bersama lagi, tapi, itulah dinamisasi kehidupan, kita selalu dituntut untuk punya banyak perencanaan, kita harus kreatif untuk ‘menikmati’ keadaan, bagaimana agar selalu menjadi yang terdepan dalam kebaikan, sebagaimana dalam syarah ushul isyrin dikatakan, ada tiga kelompok manusia: ada yang selalu terdepan dalam kebaikan, ada yang sedang (pertengahan), ada pula yang mendzalimi diri sendiri, tinggal dimana kita memposisikan diri.

Selang beberapa menit, saat membuat tulisan ini, ponsel saya berbunyi, ada sms masuk, “Bg orang2 besar itu, kesendirian bahkan bisa menjadi lebih bermakna dari kebersamaan...” wah, nyambung banget sms-nya, bener juga sih, tapi masalahnya bagi orang kecil gimana?J (syukron ukh...taujihnya, afwan ga ada pulsa)

Ikhwahfillah...ternyata kuncinya ada pada diri kita sendiri, bagaimana menyikapi keadaan yang tengah kita hadapi, yang pasti selama kita tetap komitmen dalam kebaikan dan tarbiyah ini, maka takkan ada kata berhenti, amanah akan terus berputar dan berganti. Tugas kita kini adalah terus memperbaiki dan mempersiapkan diri untuk menyongsong amanah-amanah yang menanti.

SELAMAT MENIKMATI ‘PERJALANAN’ INI...semoga Allah mempertemukan kita dalam keadaan yang lebih baik lagi dan di akhirat kelak kita dikumpulkan dalam barisan yang rapi, pengusung agama ini dengan kemuliaan....sebagaimana para nabi. (asy_syahadah@eramuslim.com)

SEKRET TERCINTA

Kain warna kuning muda sepanjang sekitar 2,5 meter itu melembai-lambai tatkala angin dari luar rumah menyapanya. Benda lebar yang lazim disebut hijab itu terpasang pada dua buah tembok hijau yang berdiri kokoh di ruang mirip sebuah ruang pertemuan. Tali kuninglah yang membuat dia bisa leluasa membentang dari timur kebarat dan dikaitkan ke dua tembok menggunakan paku baja .

Di tembok bagian timur hijab,menempel sebuah kertas entah apa namanya berupa kertas karton lebar berwarna agak keunguan dan menempel diatasnya sesuatu yang dibuat mirip kantong dengan suwir-suwiran kertas ungu mengkilap dan tertulis dibawahnya tulisan ‘KETUM,SEKUM, BENDUM,KADERISAS I', serta beberapa nama kampus swasta di kota ini. Sempat bertanya dalam hati apa fungsi kertas2x ini. Apakah sebagai bagan struktur organisasi, tempat menaruh pesan atau memiliki fungsi lain. Walaupun di tengah2xnya ada tulisan kolom kritik&saran, tapi dalam kenyataannya sering bahkan selalu kosong tak berisi. Mungkin kalau kertas tadi diijinkan ‘bicara’ pasti dia akan berkata untuk apa dia ada di tembok tersebut.

Hampir mirip dengannya tembok tadi , tembok yang satu ini juga tak luput dari aksesoris2x. Dua lembar papan pengumuman dari sterofoam yang dibalut cantik menggunakan kertas kado bermotif bunga dengan dominasi warna merah,kuning, hijau tersebut berjajar beberapa kertas berisi tulisan berbagai macam, ada tulisan tangan dan ada yang berupa print-out. Di tengah-tengah papan ini sebuah artikel berjudul “Kebahagiaan seorang Mujahid” tertempel rapi disana. Masih ingat betul siapa yang membuat dan sebab ditulisnya artikel tersebut.
Di pojok kanan atas sebuah tulisan tangan berjudul Salam Redaksi tertulis rapi.Sedangkan di sudut kiri artikel tsb bertengger kertas mungil berisi nukilan hadits Rosululloh SAW. Tidak hanya itu saja masih ada beberapa kata-kata bijak menempel kokoh di badan papan sterofoam. Kalau dilihat secara seksama kertas tsb lumayan lama menghuni papan pengumuman ini. Mungkin terlalu indah kata-katanya atau tidak ada lagi yang bisa ditempel sehingga terlihat awet sejak dulu Dibawah nukilan hadits tadi ,sebuah tulisan tangan daftar alamat email angota milis berjajar kebawah mirip membentuk sebuah kolom. Berdasarkan pengamatan pribadi beberapa bulan terakhir, milis ini lumayan ramai, meskipun yang aktif di milis tsb hanya orang2x itu saja.. Terpampang sekitar 20-an lebih alamat email , sebuah kemajuan dari sebelumnya anggotanya berjumlah tak kurang dari 10 di awal pendiriannya.

Selain kertas-kertas di atas masih terdapat beberapa kertas yang berisi pengumuman2x. Publikasi acara kegiatan tertentu tak luput untuk ikut nampang di sana. Namanya juga papan pengumuman apapun bisa nempel disana asalkan ada yang mau nempel dan ada alat untuk menempelkannya.

Yah.. masih dengan kondisi duduk di tembok yang atasnya kaca ini kupandangi sudut2x ruangan . Anggota organisasi ini menamakan bangunan yang beralamat di Jalan Pisang Agung I/9 ini bernama Sekretariat Alief Foundation (AF) seperti tulisan yang menempel di kaca depannya, meskipun ada yang lepas salah satu kertas penyusun kata tersebut, bahkan sekarang hanya tinggal bekas kertas terkelupas. Dan untuk lebih menambah familiar, sekret ini juga diberi nama Ar Riyadhah (AR). Konon memiliki arti kepeloporan, mirip dengan orientasi kegiatan organisasi ini yaitu dakwah pelopor.

Sudah lama memang saya pribadi tidak menginjakkan kaki di rumah yang katanya sekret perjuangan ini. Beda dengan satu bulan yang lalu hampir tiap minggu minimal dua kali menjenguk bangunan yang memiliki konstruksi memanjang dari utara ke selatan ini. Sehingga sangat kontras sekali jika membandingkan kondisinya dengan beberapa bulan yang lalu, yang hampir tiap harinya rumah itu tak pernah sepi dari jajaran sepeda motor yang parkir di depannya, apa lagi kalo bukan syuro’ atau koordinasi kecil-kecilan para anggota organisasi ini.

Suatu saat pernah bertanya kepada penduduk rumah yang katanya sudah habis masa kontraknya di bulan agustus ini, beliau mengatakan bahwa sekret sudah hampir sebulan belakangan tidak dipake acara2x AF, entah syuro maupun acara2x alief lainnya. Terakhir dipake syuro SPV salah satu kampus binaan, syuro Pengurus Harian dan selainnya hampir tiap hari sepi dengan kondisi pintu tertutup. Dan ternyata juga berimbas pada salah satu ruangan disamping t4 syuro, tidak lain berupa kounter pulsa yang juga katanya beberapa hari ini sepi alias tidak buka.(he3x.. kayaknya dah rame lagi sekarang..)

Wallahu a’lam apa yang sedang terjadi saat ini dengan sekret AF, sehingga terus terang bingung juga saat beberapa waktu yang lalu ditanya seseorang mantan Pengurus Harian AF yg sedang dalam perjalanan menuju Malang habis pulang kampung katanya , lewat sebuah pesan singkat (sms) yg menanyakan kondisi sekret AF terkait fenomena di atas. Agak aneh memang beliau yg notabene ’penduduk asli’ sekret menanyakannya ke orang luar Ar Riyadhah. Sehingga saya jawab seadanya dengan mengatakan bahwa memang kondisi ini terjadi karena formasi pengurus di Alief lumayan memberikan pengaruh di masalah sekret ini. Formasi dimana hampir sebagian besar yg ada di PH bukan orang yg tingal di AR. Sehingga koordinasi tidak hanya bisa dilakukan di sekret AF tersebut.

Jawaban yg bisa benar,tetapi belum bisa menjawab pertanyaan besar kondisi saat ini. Mungkin beliaunya juga ingin mengetahui seberapa besarkah perhatian para anggota Alief terhadap ’rumahnya’ sendiri, terlepas dari kondisi eksternal yang senantiasa bergerak dinamis. Tapi dari banyak fenomena yang terlihat saat ini memang ada perubahan dalam gerak dakwah ini, terkhusus di dakwah pelopor. Sepertinya fenomena sekret bisa juga merupakan permasalahan parsial dari masalah2x yg ada di AF dan belum bisa ditemukan solusinya.

Walaupun belum ada penelitian kaitan antara progresivitas dakwah dengan pemanfaatan sekretariat atau sarana2x dakwah lainnya. Tetapi fenomena yang ada bisa saja menjadi indikasi hal tersebut. Sedikitnya koordinasi atau syuro bisa juga sebagai indikator kemajuan dakwah, meskipun tidak selamanya banyak syuro menjadi jaminan dakwah akan berkembang.

Kalau suku Quraish punya Darun Nadwah sebagai markas mereka untuk menggagalkan dakwah Rosululloh. Sedangkan Rosululloh dan para sahabat juga memiliki tempat di rumah al-Arqam bin Abil Arqam sebagai tempat musyawarah, dan prosess tarbiyah. Maka tidak salah jika kita mengikuti jejak langkah para tauladan kita untuk memaksimalkan markas dakwah sendiri, bukan yang lain. Wallahu A’lam bis Showab

.::Terinspirasi&diedit paska 3 minggu restruturisasi Pengurus AF, to ikhwah fillah punya masukan buat SEKRET Tercinta Q-ta. Mang Totox

Sepasang mata yang berkaca-kaca

Sore itu, seperti minggu-minggu sebelumnya, saya menapakkan langkah masuk universitas itu, yang konon menjadi salah satu universitas swasta yang punya nama di salah satu kota sebelah timur pulau jawa. Seorang akhowat dengan lambaian jilbabnya menyambut kedatangan saya.

Saling menjabat tangan dan menepuk bahu, seperti telah begitu lama waktu memisahkan kami.

“Afwan, mbak. Temen-temen yang lain masih pada pulang kampung.”

“Jadi cuma sendiri nih? Ya udah deh, ga papa. Kita mulai aja yah.”

Dan sore yang sedikit mendung itu menjadi saksi (ciiee..) hening yang tercipta antara kami. Saya dan seorang akhowat peserta setia majelisku.

Entah, sore itu dimulai darimana hingga akhowat itu membuka sedikit catatan perjalanan hidupnya dikota ini.

“Yah mbak, temen-temen sekelas itu sulit sekali diingetin. Diajak solat misalnya. Sampa akhirnya aku harus menebalkan mukaku dan membiarkan telingaku memerah karena mereka kadang mengembalikan kata-kataku.”

Jadi teringat masa-masa beberapa tahun lalu yang juga seperti itu. Hanya saja teman-temanku lebih “sopan”, setidaknya mereka tidak pernah memotong dan mengembalikan kalimatku.

Majelispun diteruskan. Diskusi berkembang tentang pemuda kahfi, hingga ke teknologi aplikasi yang kudapatkan infonya dari seorang rekan kuliahku. Suatu temuan manusia, yang sekarang dimanfaatkan untuk menyimpan organ ataw jaringan makhluk hidup dalam waktu puluhan tahun. Teknik ini memanfaatkan nitrogen cair yang bersuhu minus 100 derajat celsius lebih untuk menghentikan metabolisme sel, ataw kira-kira sama deh dengan para pemuda kahfi.

Hingga kesimpulan kami sore itu. Bahwa Allah telah memberikan begitu banyak fenomena alam yang seharusnya menjadi inspirasi kita menjadi umat terbaik, dimana satu dan yang lainnya saling menguatkan.

Hingga closing stateman itu disambung oleh akhowat peserta majelisku yang sudah bertambah menjadi dua orang.

“Iya mbak, terkadang temen-temen itu masih belum bisa menerima bahwa apapun yang saya lakukan itu sebenarnya salah satu wujud perasaan sayang saya kepada mereka. Walaupun kadang mereka mengeluarkan kalimat yang sedikit ga enak tapi saya tetap yakin bahwa mereka juga saudara saya yang wajib untuk saya ingatkan terus. Karena saya tahu, surga itu terlalu luas untuk saya huni sendiri.”

Kalimat itu keluar dari lisan seorang muda dengan sepasang mata yang berkaca-kaca. Karena dengan sadar, ia menyayangi saudara-saudaranya itu dengan cinta Allah yang maha luas. Langit seolah ikut mengamini, dengan menurunkan butiran-butiran beningnya satu-satu.

Buat teman-teman yang tengah tersesat dihutan futur, segera buka peta ukhuwahnya. Temukan segera tempat untuk mengisi bahan bakarmu, untuk melanjutkan perjalanan yang teramat panjang. Selagi masih bisa, gandeng pula temen-temen yang nanti bisa menjadi teman kita di surga, insyaAllah, karena surga itu terlalu luas untuk kita huni sendiri.

(Mellany)

SOBAT ALIEF

Beradaptasi di sebuah tempat asing, yang sebelumnya belum di’jamah’ memang gampang-gampang susah. Gampang bagi yang merasa gampang dan susah bagi yang merasa susah. Tapi, memang tak bisa dipungkiri, secara fitrah orang yang mudah beradaptasipun akan mengakui bahwa memelopori itu lebih menantang daripada menindaklanjuti. Sungguh, mengawali itu lebih sulit tapi tidak jauh sulit dari mengakhiri, lho?ya, yang lagi skripsi, bener nggak sih mengakhiri tidak jauh lebih sulit dari mengawaliJ

Berawal dari keinginan agar ALIEF lebih profesional dan para nahkodanya tetap “FIGHT” di kapal pelopor, maka lahirlah SOBAT. Kalau mendengar kata tersebut, ingatan kita pasti melayang pada sosok yang terdekat dengan kita, yaitu sahabat, eh, sama nggak ya? insyaAllah tidak jauh beda. Memang setiap beberapa bulan sekali ALIEF selalu kedatangan sobat-sobat baru dari berbagai universitas, dari berbagai amanah, dari berbagai suku dan ras, yang jelas masih berasal dari kesamaan aqidah, visi dan misi.Ya.. Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua ! Tapi sebenarnya sobat yang ini bukan sobat seperti dimaksud diatas, tapi SOBAT yang merupakan singkatan dari SHORT BASIC TRAINING alias pelatihan dasar yang cukup singkat, dimana ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh para aktivis, sebelum disematkan gelar baru di pundak mereka sebagai Aktivis Da’wah Pelopor. Disini mereka diundang khusus oleh PH. Acaranya antara lain, taujih, ta’aruf, pengenalan singkat tentang ALIEF, mengenal lebih jauh tentang jobdesc departemen, tanya jawab, dan terakhir ditutup dengan penandatanganan komitmen atau perjanjian, melalui secarik kertas.

Dari hasil beberapa kali SOBAT yang telah terlaksana, ternyata tidak cukup banyak memberi pengaruh kepada yang bersangkutan. Bahkan ada beberapa yang lupa bahwa ia pernah mengikutinya (kasian deh!), Ada juga salah satu surat komitmen yang sudah ditandatangani lengkap dengan nama terang, tapi hingga sekarang beliau tak pernah terdengar lagi, entah kemana. Ya, mungkin ada hal lain yang kita tidak tau. Andai kita tau....padahal aqad yang sudah kita lakukan meskipun hanya dihadapan manusia ini, pasti juga disaksikan olehNya. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang mengkhianati Allah dan RasulNya. Na’uzubillah...

Tapi tentunya masih ada harapan untuk terus berusaha memperbaiki wajihah kita ini. Termasuk didalamnya yang terpenting adalah memperbaiki para nahkodanya. Ada banyak cara, salah satunya dengan memperbaiki SOBAT, mungkin perlu masukan dari yang lain bagaimana format yang lebih baik dan profesional.

Semoga SOBAT kedepan lebih baik dan lebih terasa dampaknya bagi para pendatang baru di kancah Da’wah Pelopor. Keep FIGHT! (asy_syahadah@eramuslim.com)